Senin, 28 September 2009

Libur Lebaran ke Bandung dan Lembang (Part 2)

HARI KEDUA

Cuaca pagi di Bandung hari itu cerah membuat kita bersemangat. Karena perut sudh lapar, maka tanpa mandi dulu kita langsung turun ke restoran yg menyajikan hidangan buffet dan sampai di sana, kita langsung beredar melihat ada hidangan apa. Ada hidangan utama, bubur ayam, omelet, sosis rebus, wafel, cereal, bubur ketam hitam, sushi dengan minuman jus jeruk, jus jambu, kopi, teh, yoghurt dan juga ada aneka buah2an. Kita memilih duduk di teras jadi bisa menghirup udara segar dr luar, kemudian mengambil makananan yg kita sukai. Aku mengambil wafel, omelet, sosis dan bubur ketan hitam. Dan tentu saja ngga kulewatkan yoghurtnya. Setelah sarapan, Benny renang sebentar.

Suasana tempat makan buffet

Tempat duduk di teras tanpa dinding

Menu sarapan :)

Setelah kita mandi dan merasa segar dan siap check out dari hotel, saat itu sekitar jam 10 pagi. Tujuan kita berikutnya adalah ke hotel Savoy Homann di Jalan Asia Afrika. Kata Benny ada kopi enak di cafe Sidewalk yg berada di dalam hotel tsb. Ketika keluar dari hotel, kita melewati Cihampelas yg sudah kita lewati dengan jalan kaki semalam. Jalanannya sudah padat dengan kendaraan, jalannya tersendat. Ketika melihat panjangnya jalan Cihampelas, kupikir astaga kita sudah berjalan sejauh itu semalam. Setelah melewati Cihampelas, jalanan sepi kembali.

Cihampelas sudah dipadati kendaraan

Jalan dari Cihampelas menuju ke Ciwalk

Sampailah kita ke hotel Savoy Homann, bangunannya antik bergaya Art Deco menunjukkan bahwa hotelnya termasuk hotel cukup tua di Bandung. Dari tempat parkir, kita langsung masuk dan melewati cafe Batavia yg merupakan cafe dari hotel tsb. Melihat interiornya, udah bisa kita lihat bahwa hotelnya termasuk 'ketinggalan'. Kita masuk melihat2 dulu ke lobby sampe tempat makannya, sebenarnya hotelnya bagus juga dan tampak antik. Lounge di lobbynya luas dan restorannya unik dengan nama Garden Restaurant krn ada suasana taman di dalam restorannya dengan pohon2 palem dan plafon yg terbuat dari fiberglass transparan yg memungkinkan cahaya matahari masuk ke dalam restorannya.

Tampak depan Hotel Savoy Homann

Lounge di Lobby

Garden Restaurant

Setelah melihat2 bagian dari hotel Savoy Homann, kita hendak ke Sidewalk cafe untuk ngopi tapi ternyata cafenya udah ngga ada lagi jadi kita ngopi di Cafe Batavia. Interiornya tampak kuno dan kurang harmonis kombinasi perabotnya2 maupun warna2nya. Kita duduk di dekat jendela dan disodorkan menu oleh pelayannya. Sempat kaget juga melihat harga2 di menunya krn rata2 harga 40rb-50rb per gelas kopi, lebih mahal dari segelas kopi Starbuck. Kupikir karena sudah ada di sini, kan tanggung kalo ngga pesan apa2... jadi kita pun memesan 1 es kopi dan 1 kopi panas. Dan setelah kopinya datang, kita meminumnya sambil menikmati suasana di balik kaca jendela yg lebar. Saat itu Bandung mendung sehingga suasananya enak.

Cafe Batavia

Ngopi di Cafe Batavia

Dari hotel Savoy Homann, kita ke tempat berikutnya yaitu Mie Naripan yg terkenal! Dari hotel, di jalan Asia Afrika tampak lenggang dan mendung. Ngga sulit menemukan tempat Mie Naripan karena kita sudah pernah makan di sana sebelumnya. Tampak depan udah tampak ramai sekali. Kita parkir di depan bangunan di sebelah tempat Mie Naripan dan ketika kita turun langsung tercium bau busuk yg ngga jelas dari mana datangnya. Kemudian kulihat tukang parkirnya membawa cairan obat pel karpol dan dituangkan ke selokan yg ada di sekitar parkiran. Astaga jangan2 bau busuk itu adalah sampah dari Mie Naripan? Kita tahan nafas tetap masuk ke dalam, wuih penuh sesak di dalam. Meja2nya penuh, ada beberapa orang berdiri menunggu meja kosong. Karena penuhnya meja2 jadi kita berbagi meja dengan orang lain. Kita memesan mie Yamin yg asin, pangsit goreng dan babat kuah. Walau sebenarnya masih belum lapar tapi tetap saja kita makan dengan lahap hehe.

Jalan Asia Afrika tampak lenggang

Mie Naripan di Jalan Naripan

Tampak depan rumah makan Mie Naripan

Papan nama rumah makan

Penuh sesak di dalam

Bagian serving Mie Naripan

Mie Yamin asin, pangsit goreng plus babat kuah

Setelah selesai makan, kita segera membayar dan keluar meninggalkan keramaian di rumah makan tsb. Sesuai rencana, berikutnya kita menuju ke Cisangkuy. Karena kita ngga tahu dan belum pernah ke Cisangkuy jadi dengan bermodalkan peta dan banyak tanya orang di jalan akhirnya kita sampai juga di Jalan Cisangkuy yg terkenal karena yoghurtnya. Ternyata jalan Cisangkuy ramai juga jadi seperti memang jalan Cisangkuy adalah salah satu tempat wisata di Bandung. Ada banyak tempat makan, pedagang kaki lima dengan barang dagangannya di kanan kiri jalan. Tidak sulit menemukan tempat mana yg menjual yoghurt Cisangkuy karena ada papan nama yg mudah ditemukan. Kita langsung parkir dan menuju ke lokasi, di pagar terdapat kertas dengan tulisan "Hanya melayani Take Away". Untunglah itu berarti di sana masih menjual yoghurt Cisangkuy karena kita memang bermaksud membeli untuk dibawa pulang. Di sana ada seorang bapak yg berpakaian rapi dan tampak kaya yg berjualan yoghurtnya, pemandangan yg aneh. Ada 2 macam yoghurtnya, rasa leci dan strawberry. Kuambil 3 buah rasa leci dan 3 buah rasa strawberry. Harganya Rp.10.000 per kantong, lumayan mahal juga.

Jalan Cisangkuy yg ramai

Papan nama Yoghurt Cisangkuy

Jalan Cisangkuy lagi

Tempat menjual yoghurt Cisangkuy, seperti tumah tinggal biasa

Seorang bapak berpakaian rapi yg berjualan

Yoghurt rasa strawberry

Yoghurt rasa leci

Kalau ke Bandung, pastilah oleh2nya adalah pisang molen Kartika Sari yg terkenal. Maka kitapun pergi ke Kartika Sari di Dago yg merupakan terbesar di Bandung. Aku udah diceritakan kalo Kartika Sari di Dago itu sering ramai dan pake acara antri segala. Walau gitu tetap saja aku mau ke sana , ingin tahu seperti apa Kartika Sari Dago yg terkenal itu. Dan sampailah kita di sana, alamak bener2 ramai seperti masuk ke mall. Ada parkir basement juga. Bangunannya tampak megah dan besar dengan logo Kartika Sari di tengah2 bangunan. Kita mendapat parkir di basement yg sudah penuh sekali. Lalu kita mulai antri untuk membeli pisang molen dan stik keju. Kita memesan dulu sambil menunggu antrian di kasir. Pisang molennya benar2 fresh karena masih panas. Sambil antri, kulihat2 ke sekeliling... bener2 kayak mall krn apa aja ada mulai dr stand jualan frozen yoghurt, kios jualan suvenir, makanan kecil, kerajinan tangan, permainan anak, tempat makan sampe kios majalah juga ada. Kemudian kita sampe di kasir dan setelah membayar, kita naik ke lantai atas. Ada butik baju, toko sepatu dan tas. Masih sepi di lantai atas.

Tampak depan Kartika Sari Dago

Suasana di dalam Kartika Sari Dago

Stand jualan frozen yoghurt

Kios jualan batik, kerajinan tangan, suvenir dll

Tempat makan

Kios buku dan majalah

Tempat makan dilihat dr lantai atas

Butik dan toko sepatu-tas di lantai atas

Permainan anak tampak dr atas

Dari Kartika Sari Dago, kita menuju ke Mal Paris Van Java yg menjadi tujuan terakhir kami sebelum pulang ke Jakarta. Dalam perjalanan ke sana, kita melewati Jembatan Pasopati yg terkenal di Bandung. Baru sampai di Jalan Sukajadi langsung macet yg pasti karena semua kendaraan menuju ke Mal Paris Van Java. Tadinya karena melihat keramaian dalam mall, sempat mengurungkan niat utk masuk dan langsung pulang. Ketika salah belok kiri, kita malah menuju ke pintu masuk mallnya. Kulihat kok sepi maka kita pun masuk saja... eh ternyata kita mendapat parkir dengan mudah dan dekat lift pula. Dan ketika kita masuk melihat interiornya, langsung kita merasakan adanya kesamaan konsep interiornya dengan Bugis Junction di Singapore terutama daerah selasarnya dengan dereten toko2nya. Untk perbandingan, bisa lihat foto2 di Jalan-Jalan ke Singapore (Part 2).

Jembatan Pasopati

Kemacetan di Jalan Sukajadi sebelum lewat Mal Paris Van Java

Pintu masuk utama ke Mal Paris Van Java

Selasar dengan atap dari fiberglass transparan

Ada kolam dengan perahu mini untuk anak2

Deretan tempat makan yg penuh dilewati orang

Exterior yg menarik dari tempat makan Katjapiring

Konsep selasarnya mirip di Bugis Junction Singapore

Ada kandang burung merpati di tiap jarak di sepanjang selasar

Ada juga burung merak! Kakinya diikat dan dijaga oleh petugas

Karena kita sudah di Mal Paris Van Java jadi mau makan siang sekalian. Saat itu udah jam 2 siang. Kita ingin makan di tempat makan yg ngga ada di Jakarta jadi kita putar2 mencari tempat makan yg spesial tapi setelah putar 2x masih ngga menemukan akhirnya kita memutuskan makan di Cafe Newspaper. Kita duduk di luar agar bisa menikmati pemandangan dengan bebas. Kita memesan pizza, taco dan lasagna. Tapi karena lasagna habis maka diganti dengan omelet. Ternyata masakannya standar banget, ngga ada yg istimewa. Menyesal memilih makan di situ tp suasananya lumayan nyaman walau banyak org lalu lalang melewati serambi.

Cafe Newspaper

Taco

Pizza, small size

Omelet

Setelah makan, akhirnya kita pun pulang. Pas jam 16.00 sore kita masuk gerbang tol Pasteur. Awalnya tolnya ngga terlalu padat tapi makin mendekati gerbang tol Padalarang, semakin lama semakin padat dan akhirnya macet. setelah lewat gerbang tol Padalarang, kembali lancar jalanannya tapi ngga terlalu lancar karena banyaknya mobil2 di tol. Kecepatan rata2 80-100 km/jam. Mendekati km ke-55 kembali macet lagi ternyata karena tempat isitrahat penuh dan ada papan pengumuman agar ke tempat istirahat berikutnya. Setelah lewat km ke-50 jalanan lancar sekali sampe Jakarta. Jam 18.30 kita suah keluar tol di Slipi. Langsung makan malam sekalian di MTA.

Kemacetan mendekati gerbang tol Padalarang

Lancar setelah lewat km ke-50

Sejauh ini liburan ke Bandung menyenangkan dan banyak yg disinggahi. Sayang ada beberapa wish list yg ngga kesampaian, yaitu mampir beli Batagor, klapertaart, ke Rumah Sosis (karena sangat penuh dan macet di depannya), ke restoran sosis Winner Bratwurst, mencicipi yoghurt Columbia (tutup ketika lewat). Eh kok jadinya ttg makanan semua hehe... aku memang suka wisata kuliner dan aku ke Bandung juga bukan untuk belanja fashion tapi makan! :p

Sabtu, 26 September 2009

Libur Lebaran ke Bandung dan Lembang (Part 1)

HARI PERTAMA

A
khirnya rencana jalan2 ke Bandung dan Lembang terwujud juga... Sudah lama aku ngga ke Bandung, mungkin sudah 2 tahun ngga ke sana. Kesan terakhir ketika jalan ke Bandung dan Lembang adalah luar biasa macet!! Maka sudah beberapa kali niat jalan2 ke sana lagi kuurungkan tiap membaca berita kemacetan di Bandung. Tapi kali ini kubulatkan niat untuk liburan ke Bandung dan Lembang. Sehari sebelum berangkat ke Bandung, kita udah memesan kamar hotel dan syukurlah kita mendapat hotel yg lumayan strategis lokasinya yaitu di dekat Rumah Mode dan ngga jauh dari Cihampelas yaitu hotel Grand Seriti di Jalan Hegarmanah.

Jalan Tanjung Duren yg sepi di pagi hari

Suasana sepi di Letjend. S. Parman di pagi hari

Pagi hari yg ditunggu2 pun tiba, jam 6.10 pagi kita meninggalkan rumah menuju Bandung. Jalanan masih sepi jadi kita bisa meluncur dengan kecepatan cukup tinggi bahkan sampe di tol juga masih sepi. Di tol Cipularang juga sepi dan lenggang sehingga perjalanan ini terasa menyenangkan. Tepat jam 8.05 kita udah masuk gerbang tol Pasteur Bandung dan setelah masuk kota Bandung pun jalanan masih lenggang. Kita langsung menuju ke hotel Grand Seriti utk konfirmasi pesanan kamar kami, hanya sebentar saja lalu kami langsung menuju ke Lembang. Jalan Setiabudi mulai ramai tapi masih lancar, dan hanya macet pas di persimpangan ke arah Kampung Daun. Setelah melewati persimpangan tsb, jalanannya lancar sampai ke Lembang.

Tol Cipularang pun masih sepi

Kota Bandung masih sepi pada jam 8-an

Di Lembang, yg menjadi tempat tujuan pertama kami adalah mengunjungi Gua Maria Karmel. Ketika tiba di sana sekitar jam 9.15 pagi, sungguh tidak kusangka kalo di sana udah ramai. Parkir sampai penuh sehingga kami parkir di belakang, dan di sekitar Gua Maria juga banyak pengunjung yg datang untuk berdoa. Setelah 1 jam, kita pun melanjutkan perjalanan mencari makan siang! Atas rekomendasi teman, kita mau mencoba makan di Warung Teteh. Setelah tanya sana sini, kita masih ngga bisa menemukan Warung Teteh. Ketika kita putar kembali utk mencari sekali lagi, akhirnya kita menemukan juga tempat makan yg dimaksud... bener2 tempatnya ngga seperti tempat makan karena dari depan ada pagar yg tertutup jadi seperti bengkel dan papan juga tertulis bukan tertulis Warung Teteh tapi Kedai Teteh (dengan huruf kecil) Indorasa (dengan huruf besar)!

Suasana pelataran parkir
di daerah Gua Maria Karmel Lembang


Gua Maria Karmel penuh pengunjung

Ketika kita masuk, ternyata ngga ada yg menarik dengan suasananya krn tampak kurang terawat. Tempat makannya ada 2 macam, bisa memilih makan di meja makan biasa atau makan lesehan di gubuk2. Kita memilih tempat makan di meja biasa, tempatnya terbuka tanpa dinding jadi bisa melihat pemandangan dengan bebas keluar. Kita sudah duduk cukup lama tapi pelayan masih ngga kunjung dateng, padahal kulihat banyak pelayan di bagian dapur tanpa kesibukan jadi kita terpaksa memanggil pelayannya baru kita didatangi pelayan. Kita pun langsung memesan nasi timbel dan kangkung belacan. Ada 3 pilihan warna nasinya : nasi putih, nasih merah dan nasi hitam. Krn nasi putih sdh biasa dan nasi hitam kayaknya mengerikan maka aku pesan nasi merah. Syukurlah ngga perlu menunggu lama, hidangan pun datang. Nasi merahnya ternyata dari beras merah. Setelah hidangan disantap, nasi timbelnya ternyata ngga spesial... dan kangkung belacannya pun keasinan. Ketika kita mau minta tambah minuman, memanggil pelayannya susah sekali krn pelayannya duduk2 jauh di dapur. Kubayangkan kalo kita makan lesehan di gubuk mungkin ngga akan dilayani krn lokasi gubuknya lebih jauh lagi dari dapur. Pokoknya mengecewakan makan di kedai Teteh.

Nasi Timbel saat masih terbungkus daun pisang

Nasi Timbel setelah dibuka

Setelah makan, kita mampir ke De Ranch yg ngga jauh dari Kedai teteh. Karena melihat foto sepupuku yg pernah ke sana, ada peternakan sapi dan kuda di sana jadi tertarik ke sana... aku suka lihat sapi dan kuda hehe... Tapiii... baru sampe lapangan parkirnya saja udah langsung kecewa krn banyaknya debu di sana yg berarti di bagian dalam juga bakal banyak debu. Kita membeli tiket masuk seharga Rp.10.000 per orang dan dapet minuman gratis segelas susu. De Ranch ternyata cocok untuk anak2 karena banyak permainan anak, ada permainan sepeda, berkuda, bungee jumping, bola air dll. Di sana kita bisa berkuda dengan gaya koboi tp di sana kulihat hanya anak2 yg naik kuda. Di sana ada juga tempat makan yg penuh orang yg kebanyakan mungkin adalah orang tua dari anak2 yg sedang bermain di luar, semua meja terisi.

Lapangan rumput yg kering dan gersang

Permainan sepeda

Permainan bola air

Bungee Jumping

Di sana lapangan rumputnya tampak kering, gersang dan terik. Karena di sana ngga kulihat ada sapi, maka kita berkeliling mencari sapi dan akhirnya menemukan sapi di kandang ternak. Kandang sapinya bau tapi ngga apalah demi melihat dari dekat sapi2, kita tetap masuk dan melihat deretan sapi2 manis dikandangnya. Sapi2nya besar2 dan tampak jinak. Kubelai salah satu sapinya, sapinya manis sekali. Setelah puas melihat2 De Ranch, kurang dari sejam kita hendah pulang ke Bandung dan mendapati mobilnya udah tertutup lapisan debu yg tebal. Dan kakiku yg hanya memakai sandal juga penuh debu jadi kubersihkan kaki pakai tisu basah. 2 lembar tisu basahnya pun penuh warna coklatnya debu tanah.

Sapi2 yg jinak dan manis

Membelai sapi

Dari De Ranch, kita langsung balik menuju Bandung ke hotel untuk beristirahat. Saat mendekati Bandung, terjadi kemacetan yg sudah biasa di kota Bandung yaitu di jalan Setiabudi. Tadi pagi ketika kita berangkat ke Lembang dari Bandung, tidak ada kemacetan. Dan siangnya ketika kita mau masuk ke Bandung dari Lembang ada kemacetan yg luar biasa panjang dari arah Bandung ke Lembang, syukurlah kita tadi berangkat pagian jadi ngga perlu mengalami kemacetan tsb. Di tengah macet menuju Bandung, kita melihat di sisi kiri jalan ada bangunan unik seperti rumah tinggal dari kayu dengan tamanam rambat yg manis dan ada papan nama Rit's Pure & Natural Bandoeng Ice Cream. Kita pun singgah di sana sekalian melepas lelah. Masuk ke dalam, kita langsung disambut dengan suasana yg hangat dan menyenangkan seperti di rumah sendiri. Kita memilih duduk di lantai atas di teras terbuka dengan payung dan kemudian memesan es krim : Basket of Joy (dengan 3 scoop es krim favorit) dan Berry Sensation serta segelas cappucino.

Papan nama

Tampak depan Rit's Bandoeng Ice Cream

Suasana nyaman di lantai bawah

Suasana di lantai atas

Bagian serving dan kasir

Berry Sensation

Basket of Joys dan Cappucino

Dari lantai atas bisa mleihat kemacetan di Jalan setiabudi

Setelah merasa segar habis makan es krim dan istirahat sejenak, kita pun melanjutkan perjalanan menuju ke hotel yg tinggal sedikit lagi. Ternyata kemacetan masih panjang bahkan ketika kita mau belok ke Jalan Hegarmanah tempat hotel kita, masih ada kemacetan. Kita sempat lewat Rumah Mode yang ngga jauh dari hotel, banyak kendaraan keluar masuk ke Rumah Mode. Lalu akhirnya kita sampai ke hotel dan beristirahat mengumpulkan tenaga untuk ke Cihampelas malamnya.

Kemacetan di Jalan Setiabudi

Kemacetan di depan Rumah Mode

Dari hotel, setelah beristirahat cukup dan mandi kita pun mulai keluar hotel dengan berjalan kaki. Kita meninggalkan hotel jam 18.30. Tujuan kita malam itu adalah ke Cihampelas! Karena macet yg luar biasa di Setiabudi dan Cihampelas maka kita memutuskan utk berjalan kaki saja, lebih sehat dan hemat bensin. Syukurlah cuaca saat itu cerah. Setelah kita sampai Cihampelas, kita mampir ke beberapa toko dan karena ngga menemukan barang yg menarik jadi kita terus berjalan dan masuk ke Ciwalk (Cihampelas Walking) mencari tempat makan tapi karena sangat ramai di sana jadi kita terus berjalan terus sampai ke tempat makan ayam goreng Jakarta yang letaknya hampir di ujung selatan dari Cihampelas. Setelah makan malam di restoran Ayam Goreng Jakarta, kita putar kembali lagi melewati Ciwalk. Sampai setengah jalan Cihampelas, kita naik angkot menuju Rumah Mode. Saat itu sudah jam 20.30 malam tapi masih ramai. Di luar maupun di dalam Rumah Mode sangat ramai, kita berputar2 di dalam melihat2 sampai jam 22.00 dan hanya membeli 1 buah dress saja. Kupikir harga2 pakaian di sana ngga murah sama kayak di mall. Tapi heran mengapa kok ramai sekali sampe ada yg borong banyak sekali sampe banyak tas belanjaan...?

Warung Talaga dengan dekorasi menarik di Ciwalk

Papan Rumah Mode

Suasana di Rumah Mode

Selesai dari Rumah mode, kita sebenarnya mau ngopi sejenak di tempat kopi Java Bean yg masih satu kawasan Rumah Mode tapi ternyata sudah tutup jadi kita jalan kaki pulang ke hotel. Hanya beberapa menit kita sudah sampai hotel. Di hotel, kita membuka peta utk menhitung seberapa jauh kita berjalan, astaga sekali jalan dari hotel ke ujung selatan Cihampelas sekitar 15 km! Jadi kita sudah berjalan sekitar 20 km malam itu. Karena kelelahan, jam 11 kita sudah tidur. Kita sudah punya rencana utk jalan2 dalam kota Bandung besok paginya dan ngga sabar menunggu hari esok :)

(BERSAMMBUNG KE PART 2)