Setelah membeli tiket, kita baru bisa masuk tapi ternyata kita hanya bisa masuk ke pelatarannya saja dan ngga bisa masuk ke dalam klenteng Sam Poo Kong karena hanya yang mau sembahyang yang boleh masuk. Jadi kita hanya bisa melihat2 dari balik pagar pembatas, kulihat banyak orang memotret2 di luar dan di dalam klenteng. Karena aku sangat ingin masuk maka kita mencoba membeli hio di toko yang ada di sana kemudian mencoba masuk ke dalam ternyata diijinkan. Maka kita bisa melihat2 dan potret2 di dalam :)
Ketika masuk, kita melewati deretan kuil2 mulai dari Kuil Dewi Laut, Kuil Dewa Bumi, Kuil Kyai Juru Mudi dan terakhir Kuil utama yang merupakan bangunan terbesar, di situlah terdapat Gua Sam Poo Kong yang merupakan inti dari Klenteng Sam Poo Kong. Di sepanjang tembok yang ada pintu masuk ke Gua Sam Poo Kong ada relief ukiran dari batu yang mengisahkan pelayaran Laksamana Cheng Ho. Di bawah relief ada papan dari marmer bertuliskan kisahnya. D sini akan kutuliskan sejarah singat mengenai Klenteng sam Poo Kong. Kuil2nya didominasi warna merah hijau dan di mana2 tercium bau asap hio. Karena lama di sana, mata jadi terasa pedih karena banyak asap. Bagian dalam bangunan utama Klenteng Sam Poo Kong paling besar dan megah, interiornya paling menarik dan ruangannya luas.
Sejarah singkat Klenteng Sam Poo Kong:
Kuil Sam Poo Kong atau Gedong Batu adalah sebuah kuil Tionghoa yang terletak di daerah Simongan, Semarang, Indonesia. Tempat ini konon dulunya adalah tempat persinggahan Laksamana Cheng Ho, panglima perang utusan Tiongkok keturunan Persia yang memiliki latar belakang Islam. Saat itu garis pantai Semarang masih terletak di kaki perbukitan Simongan dan pantai Semarang merupakan pelabuhan penting yang banyak disinggahi para pedagang asing yang berasal dari Melayu, Cina dan Belanda. Kemudian ada komunitas Cina datang ke Semarang dipimpin oleh Sam Poo Tay Djien atau dikenal dengan nama lain Zheng He (a.k.a. CHENG HO), seorang taykam Kaisar Cheng Zu ( dari Dinasti Ming) penganut agama Islam yang diutus untuk mencari mustika di daerah utara. Armada Zheng He adalah armada Cina pertama yang mendarat di Semarang pada tahun 1401 AD.
Kemudian pada saat Zheng He kembali ke negaranya, goa peninggalan Zheng He tertimbun tanah longsor pada tahun 1704 dan sebagai penghormatan masyarakat setempat menggali goa baru serta membangun altar yang dilengkapi dengan patung Zheng He dan pengawalnya. Dan sepeninggal Zheng He daerah Simongan mulai ramai ditempati oleh pendatang Cina yang merantau ke Semarang dan lambat laun berkembang menjadi perkampungan. Dalam perkembangannya kawasan Simongan tumbuh menjadi perkampungan Cina pertama di Semarang dan menjadi ramai dengan penduduk yang berprofesi sebagai petani dan pedagang.
yang ada pintu ke Gua Sam Poo Kong
Pembangunan kembali Klenteng Sam Poo Kong:
Klenteng Sam Poo Kong dibangun oleh masyarakat Tionghoa di Semarang pada tahun 1724 untuk menghormati Laksamana Cheng Ho yang dianggap sebagai leluhur mereka. Pada tahun 2002, klentengnya dibangun kembali namun, pembangunan Kelenteng Sam Poo Kong saat itu dinilai melenceng dari konsep pemugaran. Sebagian besar bangunan asli dan beberapa peninggalan telah berubah bentuk dan tempat.
Mulanya Oei Tiong Ham pada tahun 1937 membentuk Yayasan Sam Poo Kong dengan ketuanya Lie Ho Soem dan wakil ketua Oei Ing Poen, adalah sebagai yayasan keluarga. Anggotanya terdiri dari pegawai Kian Gwan, orang luar tidak boleh masuk. Baru kemudian pada tahun 1965, saat yayasan dipimpin oleh ketua baru yaitu Thio Siong Thouw,yang bukan pegawai Kian Gwan. Sejak itu yayasan dinyatakan terbuka untuk umum, yang artinya siapapun bisa menjadi ketua asal disetujui oleh sidang. Keadaan ini berlangsung sampai Thiong Siong Thouw meninggal pada bulan Februari 1981. Setelah itu oleh sidang panitia dipilih Ir.Priambudi.S sebagai ketua yayasan.
Tahun 1989 merupakan masa-masa kritis bagi yayasan Sam Poo Kong, karena semua ijin yang telah dimiliki klenteng dicabut oleh Pemda yang pada masa itu dikuasai Orde Baru.Bahkan pintu gerbang utama dan beberapa bangunan yang telah berdiri dirobohkan dengan paksa. Kemudian pada tahun 1995 ijin HGB dari yayasan yang sudah hampir habis masa berlakunya dinyatakan tidak akan di perpanjang dan dicabut oleh oknum tertentu yang hendak menyerobot tanah yayasan guna mendirikan ruko. Berkat ketekunan dan kegigihan para anggota yayasan akhirnya hak tersebut bisa dipertahankan dan tanah seluas 3,7 ha bisa sah menjadi milik yayasan dengan sertifikat Hak Milik.
Setelah terjadi reformasi dan tumbangnya Orde Baru, Yayasan Sam Poo Kong memperoleh kebebasan menjalankan misi pembangunan dan perluasan kelenteng. Maka pada tanggal 26 Februari 2002, diadakan perletakan batu pertama pembangunan kembali gua suci.
Diambil dari berbagai sumber
KUUCAPKAN :
GONG XI FA CAI
BAGI YANG MERAYAKAN
GONG XI FA CAI
BAGI YANG MERAYAKAN
1 komentar:
Hai Onik-chan...
Aku sudah 3 kali ke Sam Poo Kong. Selalu pergi ke sana lagi setiap aku berkesempatan ke Semarang....since my Pa was born in Semarang.
I like there too.
XOXO,
Mia @ http://miahyoosuke.blogspot.com/
Posting Komentar